Minggu, 21 Juni 2009

Upacara

( UPACARA )
Hari Suci Nyepi
Hari suci ini dirayakan setiap tahun sekali, yakni pada penanggal 1 (apisan) sasih kedasa. Rangkaian hari raya ini dimulai dari melis/mekiiss dan ngerupuk yang berlngsung pada sasih kesanga. Adapun keistimewaan dari hari suci ini adalah diawali dengan diadakannya arak-arakan mekiis/melis oleh umat, nuntun pratima/sthana Ida Bhatara dari masing-masing tempat suci menuju sumber mata air/sagara. Sehari sebelum perayaan Nyepi diadakan tawur/pecaruan yang bertempat dimasing-masing perempatan/catus pata, pelaksanaan tepat tengah hari. Pada waktu sore menjelang malam dilaksanakan arak-arakan ogoh-ogoh keliling wilayah desa. Kemudian keesokan harinya pada penanggal 1(apisan) sasih kedasa seharian penuh dilaksanakan”penyepian”. Umat biasanya denagn tertib dan hikmah mengikuti hari penyepian ini dengan seharian mulat/ngeret sarira tidak keluar rumah serta tidak melaksanakan aktifitas ekonomi sosial seharian penuh. Hakekat dari pelaksanaan hari suci penyepian ini adalah sebagai wujud penyucian bhuwana agung dan bhuana alit demi terwujudnyakeselamatannya,kesejahteraan, kebahagian lahir dan bathin alam semesta beserta isinya, berdasarkan satya/kejujuran, siwa/kesucian dan sundaram/keharmonisan.
Berdasarkan perhitungan tahun masehi, upacara hari raya penyepian ini dirayakan setiap tahun sekali guna menyambut datangnya tahun baru saka yang berakhir bertepatan dengan purwaning ilem sasih kesanga.Sedangkan tahun baru saka jatuh pada penanggal 1 (apisan) sasih kedasa. Menurut pandangan ajaran samkhya menyatakan bahwa sasih kesanga adalah merupakan puncakanya bulan-bulan kotor/cemer atau sasih butha. Sedangkan berdsarkan perputaran musim, seperti yang terjadi di Indonesia pada sasih kesanga ini adalah merupakan sasih/musim pergantian musim, yaitu dari musim hujan menuju musim panas. Sasih kedasa digolongkan sebagai sasih dewa sedangkan sasih kesanga digolongkan sebagai Bhuta.Sastra agama seperti Lontar Sundari Gama menjelaskan bahwa pada tilem sasih kesanga adalah hari baik untuk menyuycikan berbagai macam pralingga Ida Bhatara dengan mengambil tempat di tengah-tengah samudra menghadap pada sumbernya, yaitu Sang Hyang Acintya (Tuhan Yang Maha Esa) guna memohon Tirtha Amerta Kemandalu.
Berpangkal tolak dari ajaran sastra sundari gama tersebut, umat Hindu berkewajiban untuk berusaha bergerak mengikuti dinamika kehidupan yang bercorak religius tersebut, yang seirama dengan konsep ajaran Tri Kono, yaitu Utpati (lahir), Stithi (hidup), dan Pralina (mati). Begitu pula terkait dengan adanya dinamika kehidupan umat manusia dalam kurun waktu setahun ke depan yang diawali dengan : kehidupan baru, bereaktifitas dalam kerja, dan pada akhir tahun diadakan kembali/pralina.
Umat hendaknya memiliki kemampuan untuk menciptakan suasana hening,sepi dan kosong pada saat peenyapian sebagai simbul ketenanga awal untuk mengisi lembaran hidup baru setahun berikutnya.
Adapun secara berurutan rangkaian upacara hari penyepian yang patut kita laksanakan adalah sebagai berikut :
a. Makiis
Makiis sering juga disebut dengan nama melis, melasti. Upacara ini dilaksanakan oleh umat Hindu bertepatan dengan hari panglong ping 13 sasih kesanga. Aktifitas umat sedharma pada saat ini adalah mengarak seluruh pralingga sthana Ida Bhatara menuju segara/laut atau sumber mata air lainnya untuk dimohonkan penyucian kehadapan-Nya. Setelah kembali dari sumber mata air semua pralingga Ida Bhatara disthanakan di Pura desa/Bale Agung.

b. Tawur dan Pengerupukan
Upacara ini berlangsung pada saat purnamanig tilem sasih kesanga bertempat di perempatan desa setempat. Tujuanya adalah guna membersihkan dan menyucikan alaam semesta beserta isinya, dari pengaruh jahat para butha kala dapat dinetralisir/disomiakan sehingga tidak menggangu aktifits hidup umat manusia setahun berikutnya. Pada saat sore menjelang malam dilaksanakan pawai obor,kentongan yang kini dilengkapi dengan pawai ogoh-ogoh yang di arak keliling desa. Tujuanya adalah agar semua kekuatan jahat kembli ketemptnya, sehingga umat manusia tidak merasa terganggu lagi untuk melaksanakan aktifitas selanjutny. Upakara/banten tawur yang dipersembahkan disesuaikan dengan tingkan catus pata yang dipergunakan sebagai tempat menyelenggarakan upacara percaruan tersebut.

c. Nyepi
Di dalam lontar “ sundari gama “ dijelaskan upacara penyepian diselenggarakan sejak pagi buta (ngenah pis bolong keteng) sampai besok paginya selama 24 jam. Jadi pelaksanaanya adalah diantara akhir dan awal dari tahun saka sesudah dan sebelumnya. Selain itu juga dilengkapi dengan melaksanakan catur bratha penyepian, yang terdiri dari :
1. Amati geni : Umat dilarang menyalakan api, maksudnya adalah umat diharapkan mampu memadamkan api indria dengan jalan mengendalikan diri/mulat sarira.
2. Amati karya :Umat pantang untuk bekerja, yakni melaksanakan aktifitas sehari-hari seperti mencari nafkah dan yang lainya.
3. Amati lelungaan : Umat pantang untuk melakukan perjalanan keluar rumah, kecuali yang bersifat sangat vital seperti petugas Negara.
4. Amati lelanguan : Umat pantang menikmati hiburan, lebih-lebih yang bersifat demonstartif seperti yang dapat mengganggu keheningan

d. Ngembak geni
Upacara ini dimulai setelah melewati waktu sebanyak 24 jam,yakni pada penanggal ke 2 (kalih) sasih kedasa.Upacara ini memiliki makna terkait dengan kehidupan umat manusia,yakni umat manusia mulai membuka lembaran kehidupan baru. Setelah sehari penuh mulat sarira/introspeksi diri,umat diharapkan mampu pada pase kehidupan tahun berikutnya mengisinya dengan lembarn baru, melanjutkan aktifitas yang bersifat positif dan meninggalkan aktifitas yang bersifat negatif.Dengan melaksanakan ngembak geni tersebut rangkaian hari suci penyepian telah berakhir.selanjutnya umat memiliki kewajiban moral untuk mewujud-nyatakan dalam kehidupan sehari-harinya.

Diringkas Oleh : Ni Ketut Patri
Sumger Buku : Widy Dharma Agama Hindu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar